Sabtu, 12 Juni 2010

Sakit Melihatnya.....


Rasanya semua ini terjadi pada setiap anggota kluarga yang mengalaminya. Entah lah, sebenarnya nggak mau aku pikirkan tapi nggak mungkin hal ini nggak aku pikirkan, semua ini menyangkut kehidupan kluarga ku. Maafkan aku yang tak bisa menutup rahasia semuanya, rasanya sesak, ingin cerita dan share ke orang terdekat tak mungkin bisa aku lakukan. Ada perasaan malu yang menggelayuti diriku. Wajar toh namanya juga manusia, tak ingin kehidupanya di kutak-katik oleh orang lain. Tapi aku ingin berbagi denganmu blog diary ku ...

Berawal dari dia semanjak menikah, petaka itu terus datang ke keluarga kami. Aku tak ingin berkata kalau itu adalah petaka, aku hanya bisa bilang ini sebuah cobaan setiap insan yang akan berkeluarga.

Dia menikah, sampai sekarang tak pernah satu pun tanggung jawab itu ada pada dirinya. Tanggung jawab itu dia berikan malah ke ibu ku, ke bapakku. Setiap orangtua, itu bukanlah sebuah beban tapi sebuah kewajiban, tapi sampai begitu beratnya beban itu, sampai-sampai sang ayah berkata, "Anak meminta hak-nya kepada orangtua dan kewajiban orangtua kepada anaknya, lantas bapak minta satu dari kalian, mana kewajiban kalian terhadap orangtua kalian?"

Seharusnya kata-kata seperti itu tak pernah terluncur dari bibir ayah, tapi hal itu terjadi juga. Orangtua meminta hak-nya kepada anak-nya, sangking beratnya beban yang ia pikul.

Aku sebagai anak ke-3 dari 5 bersaudara harus mendengar setiap harinya suara ribut, gaduh, dan suara tangisan, yang sampai2 aku berkata dalam hati, "sampai kapan hal ini akan terjadi tuhan?"

"Aku sudah bosan dengan semuanya, aku sudah muak dengan kehidupan ini tuhan. Sampai kapan" sambil menangis aku memohon untuk menghentikan kebrutalan nya dia terhadap istrinya yang ia nikahi di bulan april.

Masih harum mewangi memang sebuah pernikahan, apalagi hanya beberapa bulan saja. Tapi tidak bagi dia... Hanya sebuah tangisan yang aku dengar dari dalam kamarnya, melihat sang suami tak kunjung pulang ke rumah, demi melihat sang suami yang tak melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaiman mestinya.

Aku takut, Aku takut hal itu akan terjadi padaku. Karena aku adalah adik dari seseorang manusia yang tak bertanggung jawab itu. Aku adalah adiknya. Aku takut, kalau suatu saat suami ku pun akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan manusia tak bertanggung jawab itu.

Ya Rabb... harus sampai kapan aku mendengar suara tangisannya... harus sampai kapan ?

Manusia itu selalu saja buat ulah, ketika masih kecil, beranjak dewasa, bahkan setelah menikah, manusia itu selalu saja berbuat brutal. Entah dapat didikan darimana. Orangtuaku pun tak habis pikir melihat tingkah lakunya.

Ya rabb, aku mohon padamu. Setiap perbuatan pasti akan mendapat balasannya. Ampuni kami rabb... yang selalu lupa padamu.

Kalau sudah seperti ini, justru kebencianlah yang aku tanamkan pada dirinya. Entah kenapa aku sangat tidak menyukai kelakuannya, Entah mau jadi manusia apa itu udah hak-nya dia, toh dosa dan pahala juga bukan kami yang menanggungnya, itu semua tanggungan dia.

Tapi hal itu tidak mungkin aku diam. Aku takut bersuara, takut terkena lampiasan amarah dari kedua orangtua ku, takut. Sehingga mulut ini rasanya terkunci untuk berkata-kata...

Ya rabb, semoga ada kemudahan di balik ini semuanya... Amin

Jumat, 11 Juni 2010

Don't Cry


Sungguh, merupakan hal yang sangat menyakitkan hati. Ketika cinta kita ditolak oleh seseorang yang sangat kita harapkan cintanya. Sepertinya Allah tidak adil. Langit terasa muram dan tidak bercahaya. Bukankah cinta kita betul-betul tulus dan murni. Untuk menjaga diri dari dosa, menjaga pandangan, menjaga hati bahkan demi menjaga kesucian agama-Nya..?

Apa yang salah pada diri kita..?? Tidak layakkah kita mendapatkan janji-Nya bahwa :
”Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.


Begitu mahalkah tiket untuk mendapatkan pertolongan-Nya? Begitu susahkah hanya untuk sebuah kata ”HELP” dari-Nya? Lantas dimanakah janji-Nya,
” Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”.
Mungkin doamu yang belum tulus..??

Belum tulus bagaimana! Aku sudah tulus sekali dalam berdoa. Aku berdoa,
”Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenag hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
But, why, Allah belum mengabulkan doaku?? Bukankah aku rajin kemesjid, sholat juga tidak pernah bolong, ngaji tiap hari, berbakti kepada ayah dan ibu, taat dan hormat kepada guru, setia kawan dan suka memaafkan. Apalagi yang kurang??

Ya, itulah masalahnya..

Itukan ikrar anak-anak Taman Pendidikan Al-Qur’an. So, siapa yang mau. Elu aja masih kayak anak kecil, belum dewasa. Siapa yang mau sama kamu. Iya nggak..??

Afwan ya Cuma becanda..! Hehe..

Ya, sebetulnya faktor yang paling utama mengapa keinginanmu belum dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia. Bahkan mungkin kemampuan sudah ada. Hanya satu faktor penyebabnya. Apa ya??

Yaitu perbedaan persepsi antara kita dengan-Nya. Kita sering kali menganggap bahwasannya apa-apa yang sesuai dengan keinginan, itulah yang terbaik buat kita. Padahal tidak selamanya lo..??

Masih ingetkan Ayat-Nya: “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”.

Dari ayat tersebut kita tahu bahwasannya ada hikmah di balik setiap kejadian apapun yang menimpa. Ada kebaikan dibalik sesuatu yang kita anggap buruk. Demikian juga sebaliknya. Kemungkinan ada keburukan dibalik sesuatu yang kita anggap baik.

Disaat hati rindu menikah kata Mas Udik Abdullah, Disaat diri telah berusaha mengkerenkan diri kata Salim Fillah. Disaat diri ini sudah minta izin untuk meminangmu, kata ustadz Pak Cah dan.. dan.. ternyata kegagalan yang kita dapatkan. Cinta kita tertolak?? Bagaimana kira-kira perasaan kita??

Padahal sudah sama-sama tahu, sudah sama-sama faham bahwa menikah adalah sunnah. Tapi, mengapa cinta yang kita ungkapkan dengan penuh ketulusan harus bertepuk sebelah tangan. Mengapa dia harus menolaknya??

Kegagalan cinta bukanlah kehancuran. Tertolaknya Pinangan bukanlah akhir dari segalanya. Maka ”Don’t Cry!” Ketika mencintai tak bisa menikahi.

(by: kk Ridwan NST) ^^

 
Blogger Templates by Wishafriend.com