Minggu, 19 Juli 2009

Tentang Kematian

Ada Seorang teman bertanya padaku... Apa itu kematian?
Maka Aku menjawabnya...

Allah telah mengingatkanku pada hari ini. Sungguh aku merasa bersyukur atas kasih sayang yang selalu Dia tunjukkan kepada diriku. Sebuah kejadian yang selalu menjadi pelajaran bagi diriku untuk selalu terus berusaha menjadi hamba-Nya yang baik....

Aku mendengar berita duka itu menjelang jam pulang dari kerja, sekitar pukul setengah sembilan malam. "Om Indra, ayahnya Kak Nita meninggal, mau ikut takziah?" Demikian sebuah informasi disampaikan oleh ibuku sembari bertanya kepada diriku apakah akan ikut serta bertakziah. Aku pun mengiyakan ajakan bertakziah tersebut mengingat Om Indra adalah saudaraku dari ayah ku. Bukankah bertakziah merupakan salah satu hak saudara seiman.

Hari jumat, musibah ini pun kembali membawaku ke masa dua tahun yang silam, di mana pada hari jumat ini pula nenek dari ibuku yang sangat aku sayangi dipanggil oleh yang Kuasa. Suatu kejadian yang tidak pernah aku duga sebelumnya, ia datang dengan tiba-tiba tanpa ada kabar sebelumnya. Aku terduduk sejenak untuk mengatur nafas yang sedikit sesak sembari megingat kejadian dua tahun silam itu. Aku merasakan sekali apa yang sedang dirasakan oleh Temanku Kak Nita dan ini fitrah manusia....

Sekitar pukul setengah sepuluh malam kami pun berangkat menuju rumah duka di daerah Tanjung Mulia Yang lumayan dekat dari rumahku.....

Setelah sampai di rumah duka Aku melihat sebuah tenda sedang dipasang di depan rumah duka tersebut. Aku kemudian masuk untuk menemui Kak Nita. Di depan pintu rumah rupanya Kak Nita sudah berdiri menyambut orang2 yang sedang bertakjiah. Aku tidak lupa untuk menyalami beliau sambil mengucapkan rasa belasungkawa. Hanya ucapan turut berduka yang aku sampaikan kepada Kak Nita, tidak lebih. Selebihnya aku hanya memandang sesosok tubuh yang terbujur kaku di atas sebuah ranjang. Tubuhnya tertutup oleh beberapa helai kain.

Aku terus memperhatikan sosok jenazah tersebut, aku perhatikan dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki. Batinku mulai mengajakku berbicara, "Lihatlah sosok menusia itu, terbujur kaku. Inilah akhir dari perjalanan hidup seorang manusia. Kini dia akan segera menghadap Sang Pencipta untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat selama hidupnya. Bagaimana dengan kamu, dillah? Kamu pun akan seperti itu, segera, dan akan tiba giliranmu."

Aku berdiri dalam diam, mencoba merenungi apa yang dibicarakan oleh batinku. Ya, aku akan seperti itu, segera. Aku tidak tahu apakah aku siap menghadapinya....

Om Indra memang sudah lama memiliki penyakit ... akhir2 ini om indra mengalami stroke. dan terkena liver...sampai2 keluar darah dari lubang hidung nya dan lubang telinganya...kematian itu datang tiba2...Takut akan akhir hayat yang tidak bisa aku duga sedang apa aku ketika ajal menjemput. Suatu akhir yang sangat tidak bisa diramalkan oleh siapapun.....

Aku teringat dengan sebuah hadits yang menerangkan bahwa manusia itu tergantung akhirnya. Setiap aku bertakziah aku selalu bertanya pada diri sedang apakah aku ketika ajal datang? Sedang dalam ketaatan ataukah sedang bermaksiat? Ya, Allah, aku benar-benar takut, takut akan akhir yang buruk.

Namun, ada hal yang sering membuatku heran dalam setiap bertakziah. Aku sering melihat para pentakziah tertawa dan bercanda di sana satu sama lain. Seolah kematian seseorang merupakan acara komedi yang dapat mengundang sejuta tawa. Ataukah mereka adalah sekelompok orang yang sudah siap dengan segudang amal sehingga tidak terlihat sedikitpun wajah duka? Bukankah Rasulullah pernah mengingatkan para sahabatnya bahwa seandainya menusia itu tahu dasyatnya hari akhir kelak, tentu manusia akan lebih banyak menangis dan sedikit tertawa.

Sekitar pukul delapan akhirnya rombongan kantor berpamitan. Dalam perjalanan pulang kembali aku merenungi diri ini. Akan seperti apa aku ketika ajal menjemput? Apakah sedang berada dalam ketaatan ataukah sedang bermaksiat kepada Allah?


Wallahu 'Alam Bishawab....

0 komentar:

 
Blogger Templates by Wishafriend.com